Tari Jathilan
Jathilan adalah kesenian yang telah lama dikenal oleh Masyarakat Yogyakarta dan juga sebagian Jawa Tengah. Jathilan juga dikenal dengan nama kuda lumping, kuda kepang, ataupun jaran kepang. Tersemat kata “kuda” karena kesenian yang merupakan perpaduan antara seni tari dengan magis ini dimainkan dengan menggunakan properti berupa kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu (kepang).
Dilihat dari asal katanya, jathilan berasal dari kalimat berbahasa Jawa “jaranne jan thil-thilan tenan,” yang jika dialihbahasakan ke dalam bahasa indonesia menjadi “kudanya benar-benar joget tak beraturan ”. Joget beraturan (thil-thilan) ini memang bisa dilihat pada kesenian jathulan utamanya ketika para penari telah kerasukan.
sumber: https://borosucijathilan.wordpress.com/2015/06/07/jatilan-pengertian-sejarah-gerak-tari-jatilan-dan-jatilan-era-modern/
Pada mulanya, Jathilan ini ditarikan oleh penari laki-laki yang halus, berwajah tampan, namun mirip dengan wanita cantik. Gerakan dalam tari jathilan pun cenderung feminim. Namun, sejak tahun 1980-an penari jathilan laki-laki digantikan oleh penari putri dengan alasan, penari putri lebih feminim. Ciri khas gerak tari Jathilan pada kesenian reog ponorogo cenderung halus, lincah, dan genit/
Tari Jathilan ini pada umumnya ditarikan sebagai tarian pembuka pertujukan reog. Tarian ini umumnya hanya diiringi oleh tabuan gendang. Dalam pertunjukkan reog, penari jathilan melakukan gerakan Ngedrek, yakni menari nari didepan dada merak.
Kostum yang dipakai pada tari jathilan, pada umumnya sama dengan busana tari remo, yang terdiri atas:
- Kaos putih berlengan panjang
- Celana sepanjang bawah lutut
- Sewek
- Rapek
- Kalung kace
- Setagen
- Sabuk
- Posdeker
- Udeng
- Gongseng
Indahnya tarian negeriku tak kalah oleh tarian dari negeri asing
BalasHapus